USAHA MENYIKAPI PERASAAN JATUH CINTA BAGI SEMINARIS
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
·
Pengertian jatuh cinta
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam
konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan,
perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah
aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa
pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu,
menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan
objek tersebut.
Definisi:
Cinta adalah satu perkataan yang mengandungi makna perasaan yang
rumit. Bisa dialami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi
perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan,
pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat
yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke 21 mungkin berbeda daripada
abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan
seperti berikut:
·
Perasaan
terhadap keluarga
·
Perasaan
terhadap teman-teman, atau philia
·
Perasaan
yang hanya merupakan kemauan, keinginan hawa nafsu atau cinta eros
·
Perasaan sesama
atau juga disebut kasih sayang atau agape
·
Perasaan
tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
·
Perasaan
terhadap sebuah konsep tertentu
·
Perasaan
terhadap negaranya atau patriotisme
·
Perasaan
terhadap bangsa atau nasionalisme
·
Pengertian remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)
bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah
Darajat (1990: 23) adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan
dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan
fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk
badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang
telah matang.
Difinisi remaja
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang
umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu
usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja
awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja
akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi
empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15
tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21
tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti
Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang
usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan
baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
·
Pengertian seminaris
Seminaris bersal dari dua
kata Bahasa Latin, “sement” yang berarti benih,
“nari” yang berarti dibina.Seminaris
adalah benih/calon imam yang dibina karena terpanggil untuk menjadi imam
katolik. Sehingga membaktikan hidup mereka pada Allah, di tempat yang bernama
Seminari. Melalui pembinaan-pembinaan yang terbagi dalam tiga tingkat. Pertama
disebut Seminari Kecil, kedua Seminari Menengah, ketiga Seminari Tinggi. Pada
makalah ini penulis membahas seminaris pada Seminari di tingkat
menengah/setaraf SMA sederajat. Seminaris dibina agar menjadi baik dalam imamat
meskipun tidak akan sempurna.
1.1.1 CALON IMAM DI SEMINARI MENENGAH SEBAGAI REMAJA
·
CALON IMAM DI SEMNARI MENENGAH SEBAGAI REMAJA
Calon imam di seminari
menenengah dapat dikatakan sebagai remaja karena pada pembinaan belajar di
semanari tingkat ini sederajat dengan SMA. Sehingga usia para seminaris
berkisar antara 15th-18th. Pada usia itu manusia dikatakan sebagai remaja. Jika
pada seminari kecil, pembinaan belajar sederajat dengan SMP. Di seminari tinggi
pembinaan belajar sudah setaraf dengan universitas, sehingga sudah dapat
dikatakan dewasa.
1.1.2
MENGHAYATI PANGGILAN DI
MASA PENCAHARIAN JATI DIRI
·
MENGHAYATI PANGGILAN
Menghayati berarti melakukan apa yang telah dipilih sebagai tujuan
atau cita-cita dengan kesungguhan hati. Juga berarti dengan segala resiko dari
apa yang dipilih. Panggilan dalam iman katolik
merupakan suatu rahmat dari Allah kepada manusia untuk mengikuti
Kristus. Namun tidak sama pada waktu jaman Kristus.
Menghayati panggilan dapat diartikan
sebagai kesungguhan hati untuk mengikuti dan menerima kehadiran Kristus di
dalam hati. Termasuk segala resiko yang ada, yang dibawa oleh panggilan. Pada
masa pemantaban panggilan atau proses pembinaan, juga pada masa tertabis.
·
PENCAHARIAN JATI DIRI
Pencaharian berarti berusaha mendapati apa yang diinginkan untuk
menjadi milik pribadi atau kelompok. Jati diri merupakan suatu hal yang telah
menjadi milik seorang yang mencerminkan siapa mereka. Dimana jati diri berbeda
satu individu dengan individu lainnya.
Pencaharian jati diri dapat disimpulkan
usaha untuk mendapati hal-hal yang diinginkan agar menjadi suatu ciri khas
pribadi seoarang.
·
MENGHAYATI PANGGILAN DALAM MASA PENCARIAN JATI DIRI
Melakukan apa yang telah dipilih untuk
menjadi tujuan hidup yaitu mengikut kristus pada masa-masa usaha untuk
mendapati hal-hal yang dinginkan untuk menjadi milik pribadi agar mencerminkan
pribadi seseorang.
1.1
MASALAH
·
Usaha
apakah yang dilakukan seminaris pada saat jatuh cinta agar menjadi hal yang
positif bagi panggilan ?
·
Usaha-usaha
yang dilakukan oleh lingkungan seminaris dalam mendukung pengolahan rasa jatuh
cinta menjadi hal positif bagi panggilan ?
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1
USAHA-USAHA SEMINARIS DALAM MENGOLAH PERASAAN JATUH CINTA AGAR
MENJADI HAL POSITIF
Hal-hal
sebelum mengolah
·
Pentingnya
pengolahan
Jatuh cinta
sangat mempengaruhi seseorang yang sedang dalam keadaan jatuh cinta. Seseorang
yang jatuh cinta akan mengalami berbagai keadaan-keadaan yang tidak mereka
sadari sepenuhnya. Mereka dapat menjadi sangat bahagia, gelisah, bahkan mampu
mengalihkan arah hidup mereka untuk beberapa waktu. Walaupun hanya beberapa
waktu namun akan sangat berpengaruh bagi kehidupan dan hasil yang ingin diraih.
Begitu pula bagi para seminaris yang tujuan utama mereka adalah menjadi seorang
pastor.
Namun sebelum mengolah perasaan jatuh cinta,
seminaris harus mempunyai sebuah komitment. Komitment dalam bentuk apapun namun
mengarahkan untuk fokus pada hal yang utama. Pada seminaris hal yang utama
adalah pembinaan. Pembinaan terdiri dari 2 hal yaitu akademis dan rohani. Bila
pembinaan akademis maupun rohani gagal maka seminaris tidak dapat lagi
melanjutkan tujuannya menjadi seorang imam pada masa itu.
Dalam arti
penting pengolahan perasaan jatuh ini yang perlu digaris bawahi adalah tentang
perasaan jatuh cinta yang dapat mengalihkan arah tujuan sebenarnya. Perasaan
yang tidak diolah akan menjadi hal yang menumpuk-numpuk dan akhirnya meledak.
Hal ini dapat benar-benar menjadi penghalang bagi arah tujuan (cita-cita). Maka
dari itu pengolahan sangat penting.
·
Respon
Menurut Sean Covey
dalam bukunya “THE 7 HABBITS OF HIGHLY
EFFECTIVE TEENS” mengatakan bahwa
yang terpenting adalah bukan apa yang terjadi pada diri manusia tetapi apa
respons manusia tersebut terhadap apa yang terjadi pada diri manusia. Bila
respons adalah hal negatif maka hasilnya pun akan negatif. Begitu pula
sebaliknya. Suatu contoh saat manusia jatuh cinta. Respon manusia tersebut
adalah terus memikirkan tentang orang yang telah membuat mereka jatuh cinta dan
lupa akan tugas utama mereka. Entah itu pekerjaan, tugas dari sekolah dan
sebagainya. Tugas tersebut akan tertunda hal-hal negatif pun juga akan terjadi
seperti nilai buruk, dipecat dari pekerjaan. Bagi seminaris tentu akan sangat
mempengaruhi. Seperti yang telah dijelaskan diatas tentang pentingnya
pengolahan
USAHA-USAHA
1.
Musik
:
Banyak
lagu dengan melodi yang indah sehingga sangat nikmat untuk didengar dengan tema
dasar jatuh cinta. Seminaris dapat mengungkap perasaan jatuh cinta mereka lewat
musik. Seminaris dapat memainkan dengan iringan gitar atau organ yang mereka
mainkan sendiri. Nantinya seorang imam dituntut untuk bisa menyanyi. Tentu saja
lewat hal ini secara tidak langsung dapt melatih olah vokal seminaris.
2.
Olahraga:
Olahraga
sangat digemari oleh remaja, khususnya seminaris. Olahraga selain menyehatkan juga
dapat melatih cara menjalin relasi dengan orang lain. Seorang imam sangat erat
dalam hal relasi dengan umat. Hal ini dapat membantu seminaris dalam melatih
relasi dengan remaja yang suka olagraga.
3.
Saling
berbagi:
Berbagi
atau curhat (curahan hati ) sesama seminaris atau bukan, merupakan salah satu
cara yang efektif untuk mengolah perasaan. Selain mengutarakan maksud. Dengan
saling berbagi seminaris juga dituntut untuk memahami orang lain. Tentunya ini
dapat membantu seminaris dalam mengambil sikap ketika orang lain mempercaya
seminaris sebagai orang yang tepat untuk berbagi. Masing-masing seminaris telah
mempunyai Romo pendamping rohani. Mreka dapat memanfaatkan hal ini untuk
mengolah perasaan jatuh cinta mereka
4.
Jurnal
( catatan harian )
Menulis
catatan harian kerap kali diidentikan dengan wanita (feminim). Namun hal ini
sangat membantu utnuk mengolah perasaan. Seminaris bisa melakukan hal ini
walaupun rasanya tidak wajar. Dengan menulis catatan harian seminaris bisa
lebih leluasa dalam mengungkapkan perasaan mereka, karena tidak ada orang lain
yang mengetahui hal itu. Selain itu tanpa disadari pula dengan menulis catatan
harian, seminaris telah terbantu untuk mengembangkan keterampilan dalam
menulis. Dalam catatan harian juga seminaris bisa merefleksikan
perasaan-perasaan mereka. Hal ini akan sungguh membantu, hal ini juga akan
menumbuhkan komitment-komitment untuk menjadi imam.
5.
Ungkapan
dalam mengerjakan tugas
Seprti
pada bab 1, seorang yang jaruh cinta akan mengalami keadaan-keadaan yang
bermacam-macam. Salah satunya adalah selalu bersemangat, seminaris dapat
memanfaatkan kondisi seperti ini untuk mendorong mengerjakan tugas. Tugas pun
akan menjadi maksimal, nilai pun dapt maksimal.
6.
Doa
Sebagai
calaon imam, seminaris suadah dilatih untuk lebih dalam menjalain relasi dengan
Tuhan. Caranya lewat doa. Seminaris dalam doa selain mengungkapkan rasa syukur
dan tobat, mereka dapat pula mengungkapkan perasaan jatuh cinta mereka pada
Tuhan.
2.2
USAHA-USAHA YANG DILAKUKAN LINGKUNGAN SEMINARIS DALAM MENDUKUNG
PENGOLAHAN RASA JATUH CINTA AGAR MENJADI HAL YANG POSITIF BAGI PANGGILAN
Kesadaran akan jatuh cinta dapat
mengakibatkan dampak yang sangat luar biasa terhadap seseorang yang
merasakannya, terkhusus bagi seminaris. Dapat dilihat apa yang menyebabkan
lingkungan seminaris sangat berpengaruh dalam pengolahan rasa jatuh cinta?
Melihat bahwa lingkungan juga berpengaruh dalam pengolahan rasa jatuh cinta,
maka dampak-dampak lingkungan terhadap pengolahan rasa jatuh cinta menjadikan
hal positif bagi panggilan ialah:
v
Bimbingan Rohani
v
Relasi
v
Hidup doa
v
Sahabat
Itulah yang
merupakan dampak yang mempengaruhi pengolahan jatuh cinta, terkhusus bagi
panggilan. Dari dampak tersebut akan dijelaskan mengenai pengolahan rasa jatuh
cinta.
BIMBINGAN
ROHANI
Kesadaran itu
perlu, apalagi dalam pengolahan rasa jatuh cinta. Maka kehidupan rohani
seminaris makin menjadi terolah
keemosional di dalam diri
terhadap pengolahan rasa jatuh cinta. Dengan bimbingan rohani seminaris semakin
terolah akan rasa jatuh cinta, dikarenakan
itu penting bagi perkembangan panggilan seminaris dan juga prinsip
hidup. Seminaris semakin dikuatkan dalam panggilan dan juga dalam hal cinta,
terlebih dikuatkan dalam panggilan.
RELASI
Kerelasian
didalam komunitas sangat penting. Kerelasian terhadap: para guru, para
formator, para karyawan-karyawati, dan juga teman-teman. Relasi yang di maksud
adalah bagaimana seminaris mengolah perasaan dan hati terhadap teman-teman,
kerelasian juga membantu dalam pengolahan rasa jatuh cita, relasi itu juga
memiliki dampak positif . dari dampak positif yaitu:
·
Panggilan di mantapkan
·
Peneguhan iman
dikuatkan
·
Perasaan terolah dengan
baik
Maka dari dampak
relasi tersebut bahwa perasaan jatuh cinta, juga harus diolah dalam kerelasian
terhadap teman –teman.
HIDUP
DOA
Seminaris
didalam kehidupan di komunitas banyak kegiatan rohani, tetapi di dalam
kehidupan doa. Seminaris mampu mengolah perasaan cinta itu terhadap Tuhan.
Keprihatinan muncul ketika seminaris kurang menghayati doa di dalam kehidupan
rohani. Hal itulah yang kurang disadari oleh seminaris, apalagi seminaris
mengalami rasa jatuh cinta, maka hidup doa itu membantu dalam pengolahan rasa
jatuh cinta. Jika perasaan jatuh cita
dikaitkan dengan hidup doa, akan memberikan pengolahan yang terkendali, yaitu
pengolahan perasaan –perasaan cinta dapat diluapkan dalam sebuah doa bagi Tuhan
sebagai bentuk terima kasih karena dapat mengalami perasaan jatuh cinta.
Seminaris tidak
hanya hidup dalam kerelasian dan kebersama tetapi juga hidup dalam kerohanian, terkhusus
pengendalian pengolahan rasa jatuh cinta yang mengakibatkan itu menjadi hal
positif dalam panggilan, mak tetaplah menjaga hidup doa dalam keseharian.
SAHABAT
Seminaris juga memiliki sahabat, membantu dalam pengolahan
rasa jatuh cinta. Sama halnya dengan kerelasian, tetapi sahabat di dalam
kehidupan seminaris lebih membantu pengolahan rasa jatuh cinta. Sahabat
merupakan teman dari segala teman yang dianggap dipercayakan dan juga membantu
dalam perkembangan diri. Tetapi juga harus diimbangi dengan hal-hal positif
yang dapat membantu dalam kerelasian terhadap sahabat. Dengan demikian
pengolahan jatuh cinta terhadap kerelasian sahabat penting. Apalagi persaan jatuh cinta akan memperkuat
dalam panggilan.
Dengan demikian
usaha-usaha yang telah dijelaskan dapat meberikan dampak sangat cukup baik dalam pengolahan perasaan jatuh cinta
terlebih pengolahan panggilan dalam diri seminaris sendiri.
BAB
3 PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Seminaris
sebagai calon hendaknya berpikir kreatif untuk mengolah perasaan jatuh
cintanya, agar menjadi hal yang postif bagi panggilan menjadi imam di masa
pembinaan sebagai calon imam. Lewat hal-hal yang yang dapat dikembangkan oleh
seminaris di tempat pembinaan mereka. Agar menjadi hal yang berguna dalam
menjalani panggilan dan membimbing umat mereka nanti. Namun tidak hanya
seminaris saja yang berperan dalam hal ini,lingkungan tempat seminaris berada
(keluarga, seminari), hendaknya juga ikut dalam mendukung seminaris mengolah
perasaan jatuh cinta seminaris. Agar berbuah pada hal yang positif bagi
panggilan.
3.2
SARAN
v BAGI SEMINARIS
o
Jatuh cinta terdapat
diri seminaris itu wajar sebagai sikap seminaris untuk mau mengolah. Sebagai
bagian proses bentuk dari pembinaan dan pembentukan pembinaan dalam panggilan
yang natinya dapat memahami sebuah cinta yang sebenarnya.
v BAGI LINGKUNGAN
o
Lingkungan sebaiknya
memberikan pengaruh positif dalam perkembangan seminaris dalam pengolahan rasa
jatuh cinta.
o
Lingkungan berperan
penting dalam pengolahan rasa jatuh cinta serta panggilan seakan memupuk jati
diri yang ada dalam diri seminaris.
Daftar Pustaka
COVEY, SEAN. 2001. The
7 Habits of Highly Effective Teens. JAKARTA: Binarupa Aksara.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/
: PENGERTIAN REMAJA
http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta:
PENGERTIAN CINTA
0 komentar:
Posting Komentar