Sabtu, 28 Januari 2012

USAHA MENYIKAPI PERASAAN JATUH CINTA BAGI SEMINARIS


USAHA MENYIKAPI PERASAAN JATUH CINTA BAGI SEMINARIS

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1           LATAR BELAKANG
·                    Pengertian jatuh cinta
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Definisi:

Cinta adalah satu perkataan yang mengandungi makna perasaan yang rumit. Bisa dialami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke 21 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut:
·                     Perasaan terhadap keluarga
·                     Perasaan terhadap teman-teman, atau philia
·                     Perasaan yang romantis atau juga disebut asmara
·                     Perasaan yang hanya merupakan kemauan, keinginan hawa nafsu atau cinta eros
·                     Perasaan sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
·                     Perasaan tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
·                     Perasaan terhadap sebuah konsep tertentu
·                     Perasaan terhadap negaranya atau patriotisme
·                     Perasaan terhadap bangsa atau nasionalisme


·                    Pengertian remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Difinisi remaja
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:  192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

·                      Pengertian seminaris
Seminaris bersal dari dua kata  Bahasa Latin, “sement”  yang berarti benih, “nari” yang berarti dibina.Seminaris adalah benih/calon imam yang dibina karena terpanggil untuk menjadi imam katolik. Sehingga membaktikan hidup mereka pada Allah, di tempat yang bernama Seminari. Melalui pembinaan-pembinaan yang terbagi dalam tiga tingkat. Pertama disebut Seminari Kecil, kedua Seminari Menengah, ketiga Seminari Tinggi. Pada makalah ini penulis membahas seminaris pada Seminari di tingkat menengah/setaraf SMA sederajat. Seminaris dibina agar menjadi baik dalam imamat meskipun tidak akan sempurna.


1.1.1 CALON IMAM DI SEMINARI MENENGAH SEBAGAI REMAJA
·                      CALON IMAM DI SEMNARI MENENGAH SEBAGAI REMAJA
Calon imam di seminari menenengah dapat dikatakan sebagai remaja karena pada pembinaan belajar di semanari tingkat ini sederajat dengan SMA. Sehingga usia para seminaris berkisar antara 15th-18th. Pada usia itu manusia dikatakan sebagai remaja. Jika pada seminari kecil, pembinaan belajar sederajat dengan SMP. Di seminari tinggi pembinaan belajar sudah setaraf dengan universitas, sehingga sudah dapat dikatakan dewasa.


1.1.2        MENGHAYATI PANGGILAN DI MASA PENCAHARIAN  JATI DIRI
·                      MENGHAYATI PANGGILAN
      Menghayati berarti melakukan apa yang telah dipilih sebagai tujuan atau cita-cita dengan kesungguhan hati. Juga berarti dengan segala resiko dari apa yang dipilih. Panggilan dalam iman katolik  merupakan suatu rahmat dari Allah kepada manusia untuk mengikuti Kristus. Namun tidak sama pada waktu jaman Kristus.
       Menghayati panggilan dapat diartikan sebagai kesungguhan hati untuk mengikuti dan menerima kehadiran Kristus di dalam hati. Termasuk segala resiko yang ada, yang dibawa oleh panggilan. Pada masa pemantaban panggilan atau proses pembinaan, juga pada masa tertabis.
·                      PENCAHARIAN JATI DIRI
      Pencaharian berarti berusaha mendapati apa yang diinginkan untuk menjadi milik pribadi atau kelompok. Jati diri merupakan suatu hal yang telah menjadi milik seorang yang mencerminkan siapa mereka. Dimana jati diri berbeda satu individu dengan individu lainnya.
       Pencaharian jati diri dapat disimpulkan usaha untuk mendapati hal-hal yang diinginkan agar menjadi suatu ciri khas pribadi seoarang.
·                      MENGHAYATI PANGGILAN DALAM MASA PENCARIAN JATI DIRI
       Melakukan apa yang telah dipilih untuk menjadi tujuan hidup yaitu mengikut kristus pada masa-masa usaha untuk mendapati hal-hal yang dinginkan untuk menjadi milik pribadi agar mencerminkan pribadi seseorang.

1.1      MASALAH
·             Usaha apakah yang dilakukan seminaris pada saat jatuh cinta agar menjadi hal yang positif bagi panggilan ?
·             Usaha-usaha yang dilakukan oleh lingkungan seminaris dalam mendukung pengolahan rasa jatuh cinta menjadi hal positif bagi panggilan ?



BAB 2 PEMBAHASAN
2.1         USAHA-USAHA SEMINARIS DALAM MENGOLAH PERASAAN JATUH CINTA AGAR MENJADI HAL POSITIF
Hal-hal sebelum mengolah
·                  Pentingnya pengolahan
Jatuh cinta sangat mempengaruhi seseorang yang sedang dalam keadaan jatuh cinta. Seseorang yang jatuh cinta akan mengalami berbagai keadaan-keadaan yang tidak mereka sadari sepenuhnya. Mereka dapat menjadi sangat bahagia, gelisah, bahkan mampu mengalihkan arah hidup mereka untuk beberapa waktu. Walaupun hanya beberapa waktu namun akan sangat berpengaruh bagi kehidupan dan hasil yang ingin diraih. Begitu pula bagi para seminaris yang tujuan utama mereka adalah menjadi seorang pastor.
Namun  sebelum mengolah perasaan jatuh cinta, seminaris harus mempunyai sebuah komitment. Komitment dalam bentuk apapun namun mengarahkan untuk fokus pada hal yang utama. Pada seminaris hal yang utama adalah pembinaan. Pembinaan terdiri dari 2 hal yaitu akademis dan rohani. Bila pembinaan akademis maupun rohani gagal maka seminaris tidak dapat lagi melanjutkan tujuannya menjadi seorang imam pada masa itu.
Dalam arti penting pengolahan perasaan jatuh ini yang perlu digaris bawahi adalah tentang perasaan jatuh cinta yang dapat mengalihkan arah tujuan sebenarnya. Perasaan yang tidak diolah akan menjadi hal yang menumpuk-numpuk dan akhirnya meledak. Hal ini dapat benar-benar menjadi penghalang bagi arah tujuan (cita-cita). Maka dari itu pengolahan sangat penting.
·                     Respon
Menurut Sean Covey dalam bukunya “THE 7 HABBITS OF HIGHLY EFFECTIVE TEENS”  mengatakan bahwa yang terpenting adalah bukan apa yang terjadi pada diri manusia tetapi apa respons manusia tersebut terhadap apa yang terjadi pada diri manusia. Bila respons adalah hal negatif maka hasilnya pun akan negatif. Begitu pula sebaliknya. Suatu contoh saat manusia jatuh cinta. Respon manusia tersebut adalah terus memikirkan tentang orang yang telah membuat mereka jatuh cinta dan lupa akan tugas utama mereka. Entah itu pekerjaan, tugas dari sekolah dan sebagainya. Tugas tersebut akan tertunda hal-hal negatif pun juga akan terjadi seperti nilai buruk, dipecat dari pekerjaan. Bagi seminaris tentu akan sangat mempengaruhi. Seperti yang telah dijelaskan diatas tentang pentingnya pengolahan
USAHA-USAHA
1.                  Musik :
Banyak lagu dengan melodi yang indah sehingga sangat nikmat untuk didengar dengan tema dasar jatuh cinta. Seminaris dapat mengungkap perasaan jatuh cinta mereka lewat musik. Seminaris dapat memainkan dengan iringan gitar atau organ yang mereka mainkan sendiri. Nantinya seorang imam dituntut untuk bisa menyanyi. Tentu saja lewat hal ini secara tidak langsung dapt melatih olah vokal seminaris.
2.                  Olahraga:
Olahraga sangat digemari oleh remaja, khususnya seminaris. Olahraga selain menyehatkan juga dapat melatih cara menjalin relasi dengan orang lain. Seorang imam sangat erat dalam hal relasi dengan umat. Hal ini dapat membantu seminaris dalam melatih relasi dengan remaja yang suka olagraga.
3.                   Saling berbagi:
Berbagi atau curhat (curahan hati ) sesama seminaris atau bukan, merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengolah perasaan. Selain mengutarakan maksud. Dengan saling berbagi seminaris juga dituntut untuk memahami orang lain. Tentunya ini dapat membantu seminaris dalam mengambil sikap ketika orang lain mempercaya seminaris sebagai orang yang tepat untuk berbagi. Masing-masing seminaris telah mempunyai Romo pendamping rohani. Mreka dapat memanfaatkan hal ini untuk mengolah perasaan jatuh cinta mereka
4.                  Jurnal ( catatan harian )
Menulis catatan harian kerap kali diidentikan dengan wanita (feminim). Namun hal ini sangat membantu utnuk mengolah perasaan. Seminaris bisa melakukan hal ini walaupun rasanya tidak wajar. Dengan menulis catatan harian seminaris bisa lebih leluasa dalam mengungkapkan perasaan mereka, karena tidak ada orang lain yang mengetahui hal itu. Selain itu tanpa disadari pula dengan menulis catatan harian, seminaris telah terbantu untuk mengembangkan keterampilan dalam menulis. Dalam catatan harian juga seminaris bisa merefleksikan perasaan-perasaan mereka. Hal ini akan sungguh membantu, hal ini juga akan menumbuhkan komitment-komitment untuk menjadi imam.
5.                  Ungkapan dalam mengerjakan tugas
Seprti pada bab 1, seorang yang jaruh cinta akan mengalami keadaan-keadaan yang bermacam-macam. Salah satunya adalah selalu bersemangat, seminaris dapat memanfaatkan kondisi seperti ini untuk mendorong mengerjakan tugas. Tugas pun akan menjadi maksimal, nilai pun dapt maksimal.
6.                  Doa
Sebagai calaon imam, seminaris suadah dilatih untuk lebih dalam menjalain relasi dengan Tuhan. Caranya lewat doa. Seminaris dalam doa selain mengungkapkan rasa syukur dan tobat, mereka dapat pula mengungkapkan perasaan jatuh cinta mereka pada Tuhan.

2.2               USAHA-USAHA YANG DILAKUKAN LINGKUNGAN SEMINARIS DALAM MENDUKUNG PENGOLAHAN RASA JATUH CINTA AGAR MENJADI HAL YANG POSITIF BAGI PANGGILAN

            Kesadaran akan jatuh cinta dapat mengakibatkan dampak yang sangat luar biasa terhadap seseorang yang merasakannya, terkhusus bagi seminaris. Dapat dilihat apa yang menyebabkan lingkungan seminaris sangat berpengaruh dalam pengolahan rasa jatuh cinta? Melihat bahwa lingkungan juga berpengaruh dalam pengolahan rasa jatuh cinta, maka dampak-dampak lingkungan terhadap pengolahan rasa jatuh cinta menjadikan hal positif bagi panggilan ialah:
v    Bimbingan Rohani
v    Relasi
v    Hidup doa
v    Sahabat

Itulah yang merupakan dampak yang mempengaruhi pengolahan jatuh cinta, terkhusus bagi panggilan. Dari dampak tersebut akan dijelaskan mengenai pengolahan rasa jatuh cinta.

            BIMBINGAN ROHANI
Kesadaran itu perlu, apalagi dalam pengolahan rasa jatuh cinta. Maka kehidupan rohani seminaris makin menjadi terolah  keemosional  di dalam diri terhadap pengolahan rasa jatuh cinta. Dengan bimbingan rohani seminaris semakin terolah akan rasa jatuh cinta, dikarenakan  itu penting bagi perkembangan panggilan seminaris dan juga prinsip hidup. Seminaris semakin dikuatkan dalam panggilan dan juga dalam hal cinta, terlebih dikuatkan dalam panggilan.

RELASI
Kerelasian didalam komunitas sangat penting. Kerelasian terhadap: para guru, para formator, para karyawan-karyawati, dan juga teman-teman. Relasi yang di maksud adalah bagaimana seminaris mengolah perasaan dan hati terhadap teman-teman, kerelasian juga membantu dalam pengolahan rasa jatuh cita, relasi itu juga memiliki dampak positif . dari dampak positif yaitu:
·                     Panggilan di mantapkan
·                     Peneguhan iman dikuatkan
·                     Perasaan terolah dengan baik
Maka dari dampak relasi tersebut bahwa perasaan jatuh cinta, juga harus diolah dalam kerelasian terhadap teman –teman.

            HIDUP DOA
Seminaris didalam kehidupan di komunitas banyak kegiatan rohani, tetapi di dalam kehidupan doa. Seminaris mampu mengolah perasaan cinta itu terhadap Tuhan. Keprihatinan muncul ketika seminaris kurang menghayati doa di dalam kehidupan rohani. Hal itulah yang kurang disadari oleh seminaris, apalagi seminaris mengalami rasa jatuh cinta, maka hidup doa itu membantu dalam pengolahan rasa jatuh cinta. Jika  perasaan jatuh cita dikaitkan dengan hidup doa, akan memberikan pengolahan yang terkendali, yaitu pengolahan perasaan –perasaan cinta dapat diluapkan dalam sebuah doa bagi Tuhan sebagai bentuk terima kasih karena dapat mengalami perasaan jatuh cinta.
Seminaris tidak hanya hidup dalam kerelasian dan kebersama tetapi  juga hidup dalam kerohanian, terkhusus pengendalian pengolahan rasa jatuh cinta yang mengakibatkan itu menjadi hal positif dalam panggilan, mak tetaplah menjaga hidup doa dalam keseharian.

            SAHABAT
            Seminaris juga  memiliki sahabat, membantu dalam pengolahan rasa jatuh cinta. Sama halnya dengan kerelasian, tetapi sahabat di dalam kehidupan seminaris lebih membantu pengolahan rasa jatuh cinta. Sahabat merupakan teman dari segala teman yang dianggap dipercayakan dan juga membantu dalam perkembangan diri. Tetapi juga harus diimbangi dengan hal-hal positif yang dapat membantu dalam kerelasian terhadap sahabat. Dengan demikian pengolahan jatuh cinta terhadap kerelasian sahabat penting.  Apalagi persaan jatuh cinta akan memperkuat dalam panggilan.

Dengan demikian usaha-usaha yang telah dijelaskan dapat meberikan dampak sangat cukup baik  dalam pengolahan perasaan jatuh cinta terlebih pengolahan panggilan dalam diri seminaris sendiri.
BAB 3 PENUTUP

3.1                       KESIMPULAN

            Seminaris sebagai calon hendaknya berpikir kreatif untuk mengolah perasaan jatuh cintanya, agar menjadi hal yang postif bagi panggilan menjadi imam di masa pembinaan sebagai calon imam. Lewat hal-hal yang yang dapat dikembangkan oleh seminaris di tempat pembinaan mereka. Agar menjadi hal yang berguna dalam menjalani panggilan dan membimbing umat mereka nanti. Namun tidak hanya seminaris saja yang berperan dalam hal ini,lingkungan tempat seminaris berada (keluarga, seminari), hendaknya juga ikut dalam mendukung seminaris mengolah perasaan jatuh cinta seminaris. Agar berbuah pada hal yang positif bagi panggilan.

3.2                       SARAN
v    BAGI SEMINARIS
o        Jatuh cinta terdapat diri seminaris itu wajar sebagai sikap seminaris untuk mau mengolah. Sebagai bagian proses bentuk dari pembinaan dan pembentukan pembinaan dalam panggilan yang natinya dapat memahami sebuah cinta yang sebenarnya.

v    BAGI LINGKUNGAN
o          Lingkungan sebaiknya memberikan pengaruh positif dalam perkembangan seminaris dalam pengolahan rasa jatuh cinta.
o          Lingkungan berperan penting dalam pengolahan rasa jatuh cinta serta panggilan seakan memupuk jati diri yang ada dalam diri seminaris.








Daftar Pustaka


COVEY, SEAN. 2001. The 7 Habits of Highly Effective Teens. JAKARTA: Binarupa Aksara.












0 komentar:

Posting Komentar